Kemiskinan di Afganistan
Lokasi: Asia Selatan, utara dan barat Pakistan, timur Iran
Populasi: 31.889.923 (Juli 2007 est)
PDB per kapita: $ 800 (2004 est)
Republik
Islam Afganistan (Pashtun/Dari-Parsi:
افغانستان, Afğānistān) adalah sebuah negara di Asia Tengah.
Ia kadang-kadang digolongkan sebagai bagian dari Asia
Selatan atau Timur Tengah karena kedekatannya dengan Plato Iran. Afganistan
berbatasan dengan Iran
di sebelah barat, Pakistan di selatan dan timur, Tajikistan,
Turkmenistan,
Uzbekistan
di utara, dan Republik Rakyat Tiongkok di ujung timur.
Afganistan juga berbatasan dengan Kashmir, wilayah yang dipersengketakan oleh India dan Pakistan.
Afganistan merupakan salah satu negara termiskin di dunia.
Pada kurun
waktu antara tergulingnya rezim pemerintahan Taliban pada 2001 dan Loya jirga (sidang majelis
Musyawarah Tradisional) tahun 2004, dunia Barat menyebut negara ini dengan nama Negara Islam
Transisi Afganistan.
Sejarah
Afganistan
adalah sebuah negara di persimpangan Asia. Umumnya dianggap sebagai bagian dari Asia Tengah,
kadang-kadang dianggap berasal dari sebuah blok regional baik di Asia
Selatan atau Timur Tengah, karena memiliki hubungan budaya, etnolinguistik,
dan geografis dengan sebagian besar tetangganya. Hal ini berbatasan dengan Iran
di sebelah barat, Pakistan di selatan dan timur, Turkmenistan, Uzbekistan dan
Tajikistan di utara, dan Cina ke timur. Ini memiliki penduduk 30 juta orang,
meskipun ini tetap perkiraan, karena tidak ada sensus resmi telah diambil
selama beberapa dekade.
Afghanistan
harfiah diterjemahkan menjadi 'tanah Afghan', tetapi kebanyakan dari nama-nama
lainnya telah diterapkan pada lokasi umum di masa lalu. Antara jatuhnya Taliban
setelah invasi AS ke Afghanistan dan Loya jirga 2003, Afghanistan disebut oleh
Pemerintah Amerika Serikat sebagai Negara Islam Transisi Afganistan. Di bawah
konstitusi baru, negara ini sekarang resmi bernama Republik Islam Afghanistan.
Afghanistan
telah mengalami ketidakstabilan kronis seperti dan konflik selama sejarah
modern, dan membangun ekonomi dan infrastruktur dari reruntuhan, dan banyak
dari rakyatnya pengungsi. Sejak jatuhnya pemerintahan Taliban pada 2001,
penganut gerakan garis keras Islam telah kembali dikelompokkan. Sekarang
kekuatan bangkit kembali, khususnya di wilayah selatan dan timur. Posisi
Afghanistan strategis di sepanjang "Jalan Sutera" kuno (antara Timur
Tengah, Asia Tengah dan anak benua India) menyebabkan Afghanistan menjadi
rebutan. Tapi dunia luar akhirnya kehilangan minat setelah penarikan pasukan
Soviet, sementara perang berkepanjangan sipil negara ini berlarut-larut. Dan
menyebabkan rakyatnya ada dalam belenggu kemiskinan. Ekonomi Afghanistan
didukung oleh industry obat. Negara ini memasok lebih dari 90% dari opium
dunia, bahan baku heroin.
Tiba-Tiba Saja, Rakyat Afghanistan Hidup Dalam Kemiskinan
Ya, tiba-tiba
saja rakyat Afghanistan sepenuhnya hidup dalam kemiskinan. Dan tiba-tiba saja
itu dimulai pada sembilan tahun yang lalu, pertama kalinya AS menginvasi negeri
ini; jutaan warga Afghanistan hidup dalam kelaparan setiap harinya. Bahkan
setelah AS dilaporkan menggelontorkan miliaran dolar untuk proyek pembangunan.
"Di
Kabul, orang-orang sekarat karena," kata Abdul Qudus, seorang pria yang
berusia empat puluhan yang menjual pakaian bekas di jalanan Kabul, kepada The
Independent pada hari Senin kemarin.
Qudus, dengan
wajah yang tirus, keluar dari rumahnya pada pagi buta untuk menjual
barang-barang, kebanyakan karpet dan pakaian, dalam cuaca yang tidak enak.
"Saya
membeli dan menjual pakaian sekitar 10 atau 30 Afghanis (dua sampai enam sen) ,
namun bahkan (dengan harga semurah itu) ada orang yang terlalu miskin untuk
membelinya," ujarnya sambil duduk di sudut jalan.
Sejak AS
mengusir Taliban dan menginstalasi pemerintah Hamid Karzai yang didukung Barat,
Washington telah menghabiskan $52 juta untuk proyek-proyek rekonstruksi di
Afghanistan.
Namun,
anggaran besar itu menguap begitu saja, tak satupun mengubah kenyataan pahit
bagi jutaan warga di negara yang dilanda perang itu. Sembilan juta warga
Afghanistan hidup dalam kemiskinan absolut, dan 5 juta lainnya mencoba bertahan
dengan penghasilan $ 43 (atau sekitar Rp 400.000 per bulan).
Sisanya? Hidup
dari himpitan ekonomi yang menyesakkan; memilih antara membeli kayu bakar untuk
tetap hangat dalam dingin beku atau membeli makanan.
"Saya
sendiri sangat miskin," kata Qudus. "Kadang-kadang saya tidak makan
sehingga saya dapat memberi makan kepada anak-anak saya."
Afghanistan
saat ini menjadi tempat tinggal bagi penduduknya yang tidak memiliki pemanas
listrik, atau air yang mengalir.
The US Famine
Early Warning Systems Network telah memperingatkan bahwa separuh warga
Afghanistan berada dalam kelaparan di musim dingin. Awal bulan ini, Asisten
Sekretaris-Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan, Catherine Bragg mengatakan
bahwa 7,4 juta orang Afghanistan tinggal dengan kelaparan dan ketakutan.
Afghanistan
saat ini berada di peringkat 155 dari 169 negara di Program Pembangunan Indeks
Pembangunan Manusia PBB, yang mengukur kesehatan, pengetahuan, dan pendapatan.
(sa/onislam)
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar