Sabtu, 24 Januari 2015

Tugas 10 : Kemiskinan di Afganistan



Kemiskinan di Afganistan



Lokasi: Asia Selatan, utara dan barat Pakistan, timur Iran
Populasi: 31.889.923 (Juli 2007 est)
PDB per kapita: $ 800 (2004 est)
Republik Islam Afganistan (Pashtun/Dari-Parsi: افغانستان, Afğānistān) adalah sebuah negara di Asia Tengah. Ia kadang-kadang digolongkan sebagai bagian dari Asia Selatan atau Timur Tengah karena kedekatannya dengan Plato Iran. Afganistan berbatasan dengan Iran di sebelah barat, Pakistan di selatan dan timur, Tajikistan, Turkmenistan, Uzbekistan di utara, dan Republik Rakyat Tiongkok di ujung timur. Afganistan juga berbatasan dengan Kashmir, wilayah yang dipersengketakan oleh India dan Pakistan. Afganistan merupakan salah satu negara termiskin di dunia.
Pada kurun waktu antara tergulingnya rezim pemerintahan Taliban pada 2001 dan Loya jirga (sidang majelis Musyawarah Tradisional) tahun 2004, dunia Barat menyebut negara ini dengan nama Negara Islam Transisi Afganistan.

Sejarah

Afganistan adalah sebuah negara di persimpangan Asia. Umumnya dianggap sebagai bagian dari Asia Tengah, kadang-kadang dianggap berasal dari sebuah blok regional baik di Asia Selatan atau Timur Tengah, karena memiliki hubungan budaya, etnolinguistik, dan geografis dengan sebagian besar tetangganya. Hal ini berbatasan dengan Iran di sebelah barat, Pakistan di selatan dan timur, Turkmenistan, Uzbekistan dan Tajikistan di utara, dan Cina ke timur. Ini memiliki penduduk 30 juta orang, meskipun ini tetap perkiraan, karena tidak ada sensus resmi telah diambil selama beberapa dekade.
Afghanistan harfiah diterjemahkan menjadi 'tanah Afghan', tetapi kebanyakan dari nama-nama lainnya telah diterapkan pada lokasi umum di masa lalu. Antara jatuhnya Taliban setelah invasi AS ke Afghanistan dan Loya jirga 2003, Afghanistan disebut oleh Pemerintah Amerika Serikat sebagai Negara Islam Transisi Afganistan. Di bawah konstitusi baru, negara ini sekarang resmi bernama Republik Islam Afghanistan.
Afghanistan telah mengalami ketidakstabilan kronis seperti dan konflik selama sejarah modern, dan membangun ekonomi dan infrastruktur dari reruntuhan, dan banyak dari rakyatnya pengungsi. Sejak jatuhnya pemerintahan Taliban pada 2001, penganut gerakan garis keras Islam telah kembali dikelompokkan. Sekarang kekuatan bangkit kembali, khususnya di wilayah selatan dan timur. Posisi Afghanistan strategis di sepanjang "Jalan Sutera" kuno (antara Timur Tengah, Asia Tengah dan anak benua India) menyebabkan Afghanistan menjadi rebutan. Tapi dunia luar akhirnya kehilangan minat setelah penarikan pasukan Soviet, sementara perang berkepanjangan sipil negara ini berlarut-larut. Dan menyebabkan rakyatnya ada dalam belenggu kemiskinan. Ekonomi Afghanistan didukung oleh industry obat. Negara ini memasok lebih dari 90% dari opium dunia, bahan baku heroin.

Tiba-Tiba Saja, Rakyat Afghanistan Hidup Dalam Kemiskinan

Ya, tiba-tiba saja rakyat Afghanistan sepenuhnya hidup dalam kemiskinan. Dan tiba-tiba saja itu dimulai pada sembilan tahun yang lalu, pertama kalinya AS menginvasi negeri ini; jutaan warga Afghanistan hidup dalam kelaparan setiap harinya. Bahkan setelah AS dilaporkan menggelontorkan miliaran dolar untuk proyek pembangunan.
"Di Kabul, orang-orang sekarat karena," kata Abdul Qudus, seorang pria yang berusia empat puluhan yang menjual pakaian bekas di jalanan Kabul, kepada The Independent pada hari Senin kemarin.
Qudus, dengan wajah yang tirus, keluar dari rumahnya pada pagi buta untuk menjual barang-barang, kebanyakan karpet dan pakaian, dalam cuaca yang tidak enak.
"Saya membeli dan menjual pakaian sekitar 10 atau 30 Afghanis (dua sampai enam sen) , namun bahkan (dengan harga semurah itu) ada orang yang terlalu miskin untuk membelinya," ujarnya sambil duduk di sudut jalan.
Sejak AS mengusir Taliban dan menginstalasi pemerintah Hamid Karzai yang didukung Barat, Washington telah menghabiskan $52 juta untuk proyek-proyek rekonstruksi di Afghanistan.
Namun, anggaran besar itu menguap begitu saja, tak satupun mengubah kenyataan pahit bagi jutaan warga di negara yang dilanda perang itu. Sembilan juta warga Afghanistan hidup dalam kemiskinan absolut, dan 5 juta lainnya mencoba bertahan dengan penghasilan $ 43 (atau sekitar Rp 400.000 per bulan).
Sisanya? Hidup dari himpitan ekonomi yang menyesakkan; memilih antara membeli kayu bakar untuk tetap hangat dalam dingin beku atau membeli makanan.
"Saya sendiri sangat miskin," kata Qudus. "Kadang-kadang saya tidak makan sehingga saya dapat memberi makan kepada anak-anak saya."
Afghanistan saat ini menjadi tempat tinggal bagi penduduknya yang tidak memiliki pemanas listrik, atau air yang mengalir.
The US Famine Early Warning Systems Network telah memperingatkan bahwa separuh warga Afghanistan berada dalam kelaparan di musim dingin. Awal bulan ini, Asisten Sekretaris-Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan, Catherine Bragg mengatakan bahwa 7,4 juta orang Afghanistan tinggal dengan kelaparan dan ketakutan.
Afghanistan saat ini berada di peringkat 155 dari 169 negara di Program Pembangunan Indeks Pembangunan Manusia PBB, yang mengukur kesehatan, pengetahuan, dan pendapatan. (sa/onislam)

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar