BUDAYA DKI JAKARTA
Daerah
Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta, Jakarta Raya) adalah ibu kota
negara Indonesia.
Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat
provinsi. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau Jawa.
Dahulu pernah dikenal dengan nama Sunda
Kelapa (sebelum 1527), Jayakarta
(1527-1619), Batavia/Batauia,
atau Jaccatra (1619-1942), dan Djakarta (1942-1972). Di dunia
internasional Jakarta juga mempunyai julukan seperti J-Town, atau lebih populer lagi The Big Durian
karena dianggap kota yang sebanding New
York City (Big Apple) di Indonesia.
Jakarta
memiliki luas sekitar 661,52 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan
penduduk berjumlah 10.187.595 jiwa (2011). Wilayah metropolitan Jakarta (Jabotabek)
yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa, merupakan
metropolitan terbesar di Asia Tenggara atau urutan kedua di dunia.
Sebagai pusat
bisnis, politik, dan kebudayaan, Jakarta merupakan tempat berdirinya kantor-kantor
pusat BUMN, perusahaan swasta, dan perusahaan asing. Kota ini juga menjadi
tempat kedudukan lembaga-lembaga pemerintahan dan kantor sekretariat ASEAN. Jakarta
dilayani oleh dua bandar udara, yakni Bandara Soekarno–Hatta
dan Bandara Halim Perdanakusuma, serta satu
pelabuhan laut di Tanjung Priok.
ETNIS
Berdasarkan
sensus penduduk tahun 2000,
tercatat bahwa penduduk Jakarta berjumlah 8,3 juta jiwa yang terdiri dari orang
Jawa
sebanyak 35,16%, Betawi (27,65%), Sunda
(15,27%), Tionghoa
(5,53%), Batak
(3,61%), Minangkabau (3,18%), Melayu
(1,62%), Bugis
(0,59%), Madura
(0,57%), Banten
(0,25%), dan Banjar (0,1%).
Jumlah penduduk
dan komposisi etnis di Jakarta, selalu berubah dari tahun ke tahun. Berdasarkan
sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa setidaknya terdapat tujuh etnis
besar yang mendiami Jakarta. Suku Jawa merupakan etnis terbesar dengan populasi 35,16%
penduduk kota. Etnis Betawi berjumlah 27,65% dari penduduk kota. Pembangunan
Jakarta yang cukup pesat sejak awal tahun 1970-an, telah banyak menggusur
perkampungan etnis Betawi ke pinggiran kota. Pada tahun 1961, orang Betawi
masih membentuk persentase terbesar di wilayah pinggiran seperti Cengkareng, Kebon Jeruk, Pasar Minggu, dan Pulo Gadung.
Orang Tionghoa telah
hadir di Jakarta sejak abad ke-17. Mereka biasa tinggal mengelompok di
daerah-daerah permukiman yang dikenal dengan istilah Pecinan. Pecinan
atau Kampung Cina dapat dijumpai di Glodok, Pinangsia, dan Jatinegara,
selain perumahan-perumahan baru di wilayah Kelapa Gading, Pluit, dan Sunter. Orang Tionghoa
banyak yang berprofesi sebagai pengusaha atau pedagang. Disamping etnis
Tionghoa, etnis Minangkabau juga banyak yang berdagang, di
antaranya perdagangan grosir dan eceran di pasar-pasar tradisional kota
Jakarta.
Masyarakat dari
Indonesia Timur, terutama etnis Bugis, Makassar, dan Ambon, terkonsentrasi di
wilayah Tanjung Priok. Di wilayah ini pula,
masih banyak terdapat masyarakat keturunan Portugis, serta
orang-orang yang berasal dari Luzon, Filipina.
Budaya Jakarta
merupakan budaya mestizo, atau sebuah campuran budaya dari beragam etnis. Sejak
zaman Belanda, Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang menarik pendatang dari
seluruh Nusantara. Suku-suku yang mendiami Jakarta antara lain, Jawa, Sunda,
Minang, Batak, dan Bugis. Selain dari penduduk Nusantara, budaya Jakarta juga
banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab, Tiongkok, India, dan
Portugal.
Suku Betawi
sebagai penduduk asli Jakarta agak tersingkirkan oleh penduduk pendatang.
Mereka keluar dari Jakarta dan pindah ke wilayah-wilayah yang ada di provinsi
Jawa Barat dan provinsi Banten. Budaya Betawi pun tersingkirkan oleh budaya
lain baik dari Indonesia maupun budaya barat. Untuk melestarikan budaya Betawi,
didirikanlah cagar budaya di Situ Babakan.
KESENIAN
Seni tari di Jakarta merupakan
perpaduan antara unsur-unsur budaya masyarakat yang ada di dalamnya. Pada
awalnya, seni tari di Jakarta memiliki pengaruh Sunda dan Tionghoa seperti
tariannya yang memiliki corak tari Jaipong dengan kostum penari khas pemain
Opera Beijing. Namun Jakarta dapat dinamakan daerah yang paling dinamis. Selain
seni tari lama juga muncul seni tari dengan gaya dan koreografi yang dinamis.
Berikut gambar pakaian adat
Betawi yang juga biasa dikenakan pada saat acara pernikahan:
Ada juga rumah adat daerah
masyarakat Betawi, dibawah ini merupakan gambar rumah adat betawi yang kini
semakin jarang kita temui di daerah DKI Jakarta :
Riwayat
Ondel-ondel
Ondel-ondel adalah bentuk pertunjukkan rakyat
Betawi (DKI Jakarta) yang sering ditampilkan dalam pesta rakyat, nampaknya
ondel-ondel memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa menjaga anak
cucunya atau penduduk suatu desa. Semula ondel-ondel berfungsi sebagai penolak
BALA atau gangguan Roh Halus yang gentayangan, yang selalu suatu kampung
ataupun perorangan. Dewasa ini ondel-ondel biasanya digunakan untuk menambah
semarak pesta-pesta rakyat atau untuk penyambutan tamu terhormat dan atau bisa
untuk arak-arakan pengantin sunat serta dalam acara-acara khusus, misalnya HUT
DKI Jakarta. Betapun derasnya arus modernisasi ondel-ondel ternyata masih tetap
bertahan dan menjadi penghias wajah kota DKI Jakarta.
Ondel-ondel di jaman sekarang sudah tidak
populer lagi, ondel-ondel sudah dilupakan oleh sebagian masyarakat Betawi
itu sendiri. Tidak seperti tahun 70 sampai 80-an yang mana masyarakat Betawi
suka sekali mengadakan pertunjukkan ondel-ondel, setiap warga Betawi kalau
mengadakan Pesta Khitanan/Sunatan selalu saja ada yang memanggil ondel-ondel
untuk dalam rangka memeriahkan acara tersebut (karena bocah-bocah seneng
liatnya walau tampang serem) dan ada yang sudah di Khitan seminggu atau dua
minggunya di ramaikan dengan arak-arakan pakai Kuda dan Ondel-Ondel Betawi. Bisa
juga sebelum di Khitan di arak pakai ondel-ondel.
Ondel ondel Betawi mempunyai ciri-ciri yang sangat khas :
- Untuk ondel ondel pria ini berwarna merah, maksudnya atau menandakan semangat dalam keberanian sebagai seorang laki-laki dan juga gahar.
- Untuk ondel ondel wanitanya berwarna putih, maksudnya atau menandakan kebaikan dan kesucian.
Demikian
tentang sejarah dan kebudayaan DKI Jakarta. Mudah-mudahan dapat menambah
pengetahuan pembaca.
Masrukhi/1ID07/35413341/TUGAS
ILMU BUDAYA DASAR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar